Mesuji Lampung
DPD GRIB Lapor Kejagung, Kapolri,KPK RI Dugaan Penyimpangan Ratusan Miliar Irigasi Gantung di Mesuji Lampung
Keluarga Besar Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB JAYA Lampung) berharap dugaan penyimpangan pembangunan irigasi gantung di Desa Bandar Anom Kecamatan Rawa Jitu Utara Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
GRIB JAYA Mendugaan pembangunan pasilitas pemerintah untuk petani terlihat jelas asal jadi infrastruktur, yang kondisinya sudah sangat memperihatinkan bahkan tidak bisa di manfaatkan sama sekali
Akibatnya pembangunan tersbut hanya merugikan serta jadi keluhan masyarakat petani, ratusan hektar sawah jadi korban terkikis saat keberadaan irigasi gantung melintasi di lahan persawahan warga.
Dendi Albar SH Ketua DPD GRIB JAYA Lampung meminta Jaksa Agung, Kapolri, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK RI) untuk segera bongkar tuntaskan dugaan korupsi Ratusan Miliar pembangunan infrastruktur yang tidak berpihak pada masyarakat Kecamatan Rawa Jitu Utara Kabupaten Mesuji terangnya
Dan beberapa Desa di wilayah tersebut yang berkenaan langsung dengan bangunan irigasi yang hingga kini tak juga kunjung selesai, hanya meresahkan masyarakat petani setiap warga keluhkan infrastruktur tersebut. Ucap Dendi di Bandar Lampung.
Berdasarkan informasi keluarga Grib Jaya yang disana, irigasi gantung itu dibangun Balai Besar Wilayah Sungai {BBWS}, Provinsi Lampung dan dalam waktu dekat namun jajaran DPD segera silaturahmi secara resmi membahas dugaan penyimpangan yang merugikan masyarakat petani.
Kami tegaskan kesulitan serta penderitaan masyarakat petani di Wilayah Lampung, berarti secara otomatis itu penderitaan Keluarga Besar GRIB JAYA LAMPUNG seterusnya akan kami perjuangkam tutup Ketua DPD GRIB
Terpisah Nur Kholis mengatakan Desa Bandar Amon, Kecamatan Rawajitu Utara, menurutnya hingga saat ini sejak dilakukan pembangunan irigasi gantung Tiga Tahun lalu, belum juga dapat di manfaatkan bahkan jelas sangat merugikan masyarakat tegasnya.
Selanjutnya Rahim menambahkan pembangunan irigasi gantung yang membelah sawah warga itu saat ini justru mengganggu aktifitas petani. Sebab, petani menilai irigasi itu menjadi pagar yang membuat mobilitas petani dari satu titik sawah ke titik lain harus berputar Desa mengangkut hasil pertanian
“Posisi petani rugi, mobilitas alat panen, segala kegiatan yang ada jadi lebih sulit, harus memutar. Bangunannya itu tak ada penjelasan apapun hingga detik ini,” ujarnya.
Warga sekitar, Wagimin, menerangkan masih ada pekerja yang memperbaiki irigasi itu, seperti menambal yang pecah dan membuat kupingan irigasi padahal ini sudah bertahun-tahun terangnya.
Diketahui Kalau irigasi ini beroperasi, Tapi, hampir tiga tahun malah tidak ada kejelasan,” katanya.